Kamis, 27 Maret 2014

Sepuluh Kriteria Aliran Sesat

Saat ini banyak ajaran Islam yang menyimpang dan cenderung menyesatkan. Bagi Anda kaum muslimin sebaiknya berhati-hati. Berikut ini informasi yang saya dapatkan dari pengajian yang saya ikuti beberapa waktu yang lalu.


10 Kriteria Aliran Sesat:
1. Mengingkari Rukun Iman(yang 6) dan rukun Islam (yang 5)
2. Meyakini atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil Syar'i(Al-Qur'an dan As-Sunnah)
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Al-Qur'an
4. Mengingkari otentisitas  dan keberadaan Al-Qur'an
5. Melakukan penafsiran  Al-Qur'an tidak berdasar kaidah tafsir
6. Mengingkari kedudukan Al-Hadist Nabi Muhammad saw  sebagai sumber ajaran islam
7. Melecehkan atau merendahkan para nabi
8. Mengingkari Nabi Muhammad saw  sebagai Nabi dan Rasul yang terakhir
9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetaplan syari'ah
10. Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar'i

sumber: Munas ke 7/2005 MUI

Selasa, 30 Juli 2013

Resep Kue Kaastengel

Anak saya memang suka sekali sama keju, kue kering favoritnya juga kaastengel. Agak repot juga ya kalau beli karena harganya paling mahal di antara kue kering yang lainnya. Nah, solusinya saya cari di google resep kue yang satu ini dan akhirnya nemu juga. Yuk kita praktek!

Resep Membuat Kue Kastengel Keju

Bahan 1 :
150 gr mentega
150 gr margarin
2 kuning telur
1 sdt penyedap rasa (opsional bila suka)
1 sdt emplex (perenyah kue, bisa beli di toko bahan kue)
1 sdt garam

Bahan 2 :
50 ml fresh cream

Bahan 3 :
125 gr keju parmesan, parut
125 gr keju cheddar, parut

Bahan 4 (campur dan ayak) :
25 gr maizena
25 gr susu bubuk full cream
500 gr tepung protein sedang (Misal segitiga biru)
1 sdt baking powder

Bahan 5 atau olesan kue (campur dan saring) :
5 kuning telur
1 sdm air
1/2 sdt minyak sayur
2 tetes pewarna kuning (opsional)

Bahan 6 (untuk taburan kue) :
keju cheddar parut secukupnya

Cara Membuat Kue Kastengel Keju Spesial :
1. Campur dan kocok bahan 1 sampai mengembang dan berwarna putih.
2. Tuang dengan bahan 2 sedikit demi sedikit, sambil terus dikocok rata.
3. Tambahkan bahan 3, kocok lagi sebentar sampai rata.
4. Masukkan bahan 4, kemudian aduk perlahan dengan spatula sampai adonan rata.
5. Bentuk adonan menjadi kotak panjang atau oval seukuran sejari tangan atau bentuk U, tergantung selera sobat onliners.
6. Taruh ke loyang yang sudah dioles margarin. Oles permukaan adonan dengan bahan 5 hingga rata, lalu taburi bagian atasnya dengan bahan 6.
7. Panggang dalam oven yang bersuhu 150 derajat celcius selama 20 menit, kecilkan suhu menjadi 100 derajat celcius, lalu panggang kembali selama 20 menit hingga kering dan matang.
selamat mencoba

Rabu, 26 Juni 2013

Sejarah Kota Sumedang

I.ASAL KATA “SUMEDANG”
Kata Sumedang berasal dari “inSUn MEdal insun maDANGan”, Insun artinya saya Medal artinya lahir Madanganartinya memberi penerangan jadi kata Sumedang bisa berarti “Saya lahir untuk memberi penerangan”. Kalimat “Insun Medal Insun Madangan” terucap ketika Prabu Tajimalela raja Sumedang Larang I melihat ketika langit menjadi terang-benderang oleh cahaya yang melengkung mirip selendang (malela) selama tiga hari tiga malam. Kata Sumedang dapat juga diambil juga dari kata Su yang berarti baik atau indah dan Medang adalah nama sejenis pohon, Litsia Chinensis sekarang dikenal sebagai pohon Huru, dulu pohon medang banyak tumbuh subur di dataran tinggi sampai ketinggi 700 m dari permukaan laut seperti halnya Sumedang merupakan dataran tinggi.
II. ASAL MULA SUMEDANG
Asal mula Sumedang berasal dari Kerajaan Tembong Agung yang didirikan oleh Prabu Guru Aji Putih ( 678 – 721 M ) putra Aria Bima Raksa / Ki Balagantrang Senapati Galuh cucu dari Wretikandayun pendiri Kerajaan Galuh. Kerajaan Tembong Agung berada di Citembong Girang Kecamatan Ganeas Sumedang kemudian pindah ke kampung Muhara Desa Leuwi Hideung Kecamatan Darmaraja. Pada masa Prabu Tajimalela ( 721 – 778 M ) putra dari Guru Aji Putih di bekas Kerajaan Tembong Agung didirikan Kerajaan Sumedang Larang. Sumedang Larang berarti tanah luas yang jarang bandingnya” (Su= bagus, Medang = luas dan Larang = jarang bandingannya).
Masa kejayaan Sumedang Larang pada masa pemerintahan Prabu Geusan Ulun (1578 – 1601 M) ketika pada masa pemerintahan Pangeran Santri / Pangeran Kusumahdinata I raja Sumedang Larang ke-8 ayah dari Prabu Geusan Ulun pada tanggal 22 April 1578 atau bulan syawal bertepatan dengan Idul Fitri di Keraton Kutamaya Sumedang Larang Pangeran Santri menerima empat Kandaga Lante yang dipimpin oleh Sanghiang Hawu atauJaya Perkosa, Batara Dipati Wiradidjaya (Nganganan), Sangiang Kondanghapa, dan Batara Pancar BuanaTerong Peot membawa pusaka Pajajaran dan alas parabon untuk di serahkan kepada penguasa Sumedang Larang pada waktu itu dan pada masa itu pula Pangeran Angkawijaya / Pangeran Kusumadinata II dinobatkan sebagai raja Sumedang Larang dengan gelar Prabu Geusan Ulun sebagai nalendra penerus kerajaan Sunda Padjajaran dan Raja Sumedang Larang ke-9. Ketika dinobatkan sebagai raja Prabu Geusan Ulun berusia + 23 tahun menggantikan ayahnya Pangeran Santri yang telah tua dan pada tanggal 11 Suklapaksa bulan Wesaka 1501 Sakakala atau tanggal 8 Mei 1579 M kerajaan Pajajaran “Sirna ing bumi” Ibukota Padjajaran jatuh ke tangan pasukan Kesultanan Surasowan Banten
Yang akhirnya Sumedang mewarisi wilayah bekas wilayah Padjajaran dengan wilayahnya meliputi seluruh Padjajaran sesudah 1527 masa Prabu Prabu Surawisesa dengan batas meliputi; Sungai Cipamali (daerah Brebes sekarang) di sebelah timur, Sungai Cisadane di sebelah barat, Samudra Hindia sebelah Selatan dan Laut Jawa sebelah utara. Daerah yang tidak termasuk wilayah Sumedang Larang yaitu Kesultanan Banten, Jayakarta dan Kesultanan Cirebon. Dilihat dari luas wilayah kekuasaannya, wilayah Sumedang Larang dulu hampir sama dengan wilayah Jawa Barat sekarang tidak termasuk wilayah Banten dan Jakarta kecuali wilayah Cirebon sekarang menjadi bagian Jawa Barat. sehingga Prabu Geusan Ulun mendapat restu dari 44 penguasa daerah Parahiyangan yang terdiri dari 26 Kandaga Lante, Kandaga Lante adalah semacam Kepala yang satu tingkat lebih tinggi dari pada Cutak (Camat) dan 18 Umbul dengan cacah sebanyak + 9000 umpi. Pemberian pusaka Padjajaran pada tanggal 22 April 1578 akhirnya ditetapkan sebagai hari jadinya Kabupaten Sumedang.
Peristiwa penobatan Prabu Geusan Ulun sebagai Cakrawarti atau Nalendra merupakan kebebasan Sumedang untuk mengsejajarkan diri dengan kerajaan Banten dan Cirebon. Arti penting yang terkandung dalam peristiwa itu ialah pernyataan bahwa Sumedang menjadi ahli waris serta penerus yang sah dari kekuasaan Kerajaan Pajajaran di Bumi Parahiyangan. Pusaka Pajajaran dan beberapa atribut kerajaan yang dibawa oleh Senapati Jaya Perkosa dari Pakuan dengan sendirinya dijadikan bukti dan alat legalisasi keberadaan Sumedang, sama halnya dengan pusaka Majapahit menjadi ciri keabsahan Demak dan Mataram.
III. DARI MASA KERAJAAN KE MASA KABUPATEN
Pada tahun 1601 Prabu Geusan Ulun wafat dan digantikan oleh putranya Pangeran Aria Soeriadiwangsa, pada masa Aria Soeriadiwangsa kekuasaan Sumedang Larang di daerah sudah menurun dan Mataram melakukan perluasan wilayah ke segala penjuru tanah air termasuk ke Sumedang. Pada waktu itu Sumedang Larang sudah tidak mempunyai kekuatan untuk melawan yang akhirnya Pangeran Aria Soeriadiwangsa pergi ke Mataram untuk menyatakan Sumedang menjadi bagian wilayah Mataram pada tahun 1620. Wilayah bekas kerajaan Sumedang Larang diganti nama menjadi Priangan yang berasal dari kata “Prayangan” yang berarti daerah yang berasal dari pemberian yang timbul dari hati yang ikhlas dan Pangeran Aria Soeriadiwangsa diangkat menjadi Bupati Sumedang pertama dan diberi gelar Rangga Gempol I (1601 – 1625 M). Sumedang menjadi bagian dari wilayah Mataram karena Pangeran Aria Soeriadiwangsa I mengganggap ; 1. Sumedang sudah lemah dari segi kemiliteran, 2. menghindari serangan dari Mataram karena waktu itu Mataram memperluas wilayah kekuasaannya dari segi kekuatan Mataram lebih kuat daripada Sumedang dan 3. menghindari pula serangan dari Cirebon dan VOC. Sultan Agung kemudian membagi-bagi wilayah Priangan menjadi beberapa Kabupaten yang masing-masing dikepalai seorang Bupati, untuk koordinasikan para bupati diangkat seorang Bupati Wadana. Pangeran Rangga Gempol I adalah Bupati Sumedang yang merangkap sebagai Bupati Wadana Priangan pertama (1601 – 1625 M).
Yang akhirnya wilayah Sumedang Larang pada masa Prabu Geusan Ulun menjadi wilayah Sumedang sekarang. Berakhirlah sudah kerajaan Sunda terakhir Sumedang Larang di Jawa Barat Sumedang memasuki era baru yaitu Kabupaten pada tahun 1620 sampai sekarang. Sejak menjadi Kabupaten, Bupati yang memimpin Sumedang sampai tahun 1949 merupakan keturunan langsung dari Prabu Geusan Ulun (lihat masa pemerintahan) tetapi pada tahun 1773 – 1791 yang menjadi Bupati Sumedang adalah Bupati penyelang / sementara dari Parakan Muncang. Menggantikan putra Bupati Surianagara II yang belum menginjak dewasa Rd. Djamu atau terkenal sebagai Pangeran Kornel.
IV. LETAK IBUKOTA KERAJAAN DAN KABUPATEN ( 678 – 1706 M )
BEKAS IBUKOTA KERAJAAN
No.
NAMA TEMPAT
TAHUN
MASA PEMERINTAHAN
KETERANGAN
1.
Tembong Agung – Leuwi Hideung Darmaraja
678 – 893
- Prabu Guru Aji Putih
- Prabu Tajimalela.
- Prabu Lembu Agung
- Raja Tembong Agung.
- Raja Sumedang Larang 1
- Raja Sumedang Larang 2
2.
Ciguling – Pasanggrahan Sumedang Selatan
893 – 1530
- Prabu Gajah Agung.
- Prabu Pagulingan.
- Sunan Guling.
- Prabu Tirtakusumah.
- Nyi Mas Patuakan
- Raja Sumedang Larang 3
- Raja Sumedang Larang 4
- Raja Sumedang Larang 5
- Raja Sumedang Larang 6
- Raja Sumedang Larang 7
3.
Kutamaya – Padasuka
1530 – 1578
Ratu Pucuk Umum / Pangeran Santri
- Raja Sumedang Larang 8
4.
Dayeuh Luhur – Ganeas
1578 – 1601
Prabu Geusan Ulun
- Raja Sumedang Larang 9
BEKAS IBUKOTA KABUPATIAN
No.
NAMA TEMPAT
TAHUN
MASA PEMERINTAHAN
1.
Tegal Kalong – Sumedang Utara
1601 – 1625
Rangga Gempol I.
2.
Canukur Sukatali – Situraja
1601 – 1625
Rangga Gede
3.
Parumasan
1625 – 1633
Rangga Gede.
4.
Tenjo Laut Cidudut – Conggeang
1633 – 1656
Rangga Gempol II
5.
Sulambitan – Sumedang Selatan
1656 – 1706
Pangeran Panembahan
6.
Regol Wetan – Sumedang Selatan
1706 – sekarang
Dalem Adipati Tanumadja
MASA PEMERINTAHAN
RAJA DAN BUPATI SUMEDANG
I. MASA KERAJAAN.
1. Prabu Guru Aji Putih (Raja Tembong Agung) 678 – 721
2. Batara Tuntang Buana / Prabu Tajimalela. 721 – 778
3. Jayabrata / Prabu Lembu Agung 778 – 893
4. Atmabrata / Prabu Gajah Agung. 893 – 998
5. Jagabaya / Prabu Pagulingan. 998 – 1114
6. Mertalaya / Sunan Guling. 1114 – 1237
7. Tirtakusuma / Sunan Tuakan. 1237 – 1462
8. Sintawati / Nyi Mas Ratu Patuakan. 1462 – 1530
9. Satyasih / Ratu Inten Dewata Pucuk Umum 1530 – 1578
( kemudian digantikan oleh suaminya Pangeran Kusumadinata I / Pangeran Santri )
10. Pangeran Kusumahdinata II / Prabu Geusan Ulun 1578 – 1601
II. MASA BUPATI PENGARUH MATARAM.
11. Pangeran Suriadiwangsa / Rangga Gempol I 1601 – 1625
12. Pangeran Rangga Gede / Kusumahdinata IV 1625 – 1633
13. Raden Bagus Weruh / Pangeran Rangga Gempol II. 1633 – 1656
14. Pangeran Panembahan / Rangga Gempol III 1656 – 1706
III. MASA PENGARUH KOMPENI VOC.
15. Dalem Adipati Tanumadja. 1706 – 1709
16. Pangeran Karuhun / Rangga Gempol IV 1709 – 1744
17. Dalem Istri Rajaningrat 1744 – 1759
18. Dalem Adipati Kusumadinata VIII / Dalem Anom. 1759 – 1761 19. Dalem Adipati Surianagara II 1761 – 1765 20. Dalem Adipati Surialaga. 1765 – 1773
IV. MASA BUPATI PENYELANG / SEMENTARA
21. Dalem Adipati Tanubaya 1773 – 1775
22. Dalem Adipati Patrakusumah 1775 – 1789
23. Dalem Aria Sacapati. 1789 – 1791
V. MASA PEMERINTAHAN BELANDA.
Merupakan Bupati Keturunan Langsung leluhur Sumedang.
24. Pangeran Kusumadinata IX / Pangeran Kornel. 1791 – 1828
25. Dalem Adipati Kusumayuda / Dalem Ageung. 1828 – 1833
26. Dalem Adipati Kusumadinata X / Dalem Alit. 1833 – 1834
27. Tumenggung Suriadilaga / Dalem Sindangraja 1834 – 1836
28. Pangeran Suria Kusumah Adinata / Pangeran Sugih. 1836 – 1882
29. Pangeran Aria Suriaatmadja / Pangeran Mekkah. 1882 – 1919
30. Dalem Adipati Aria Kusumadilaga / Dalem Bintang. 1919 – 1937
31. Tumenggung Aria Suria Kusumahdinata / Dalem Aria. 1937 – 1946
VI. MASA REPUBLIK INDONESIA
32. Tumenggung Aria Suria Kusumahdinata / Dalem Aria. 1945 – 1946
33. R. Hasan Suria Sacakusumah. 1946 – 1947
34. R. Tumenggung Mohammad Singer. 1947 – 1949
35. R. Hasan Suria Sacakusumah. 1949 – 1950
(Bupati terakhir keturunan langsung leluhur Sumedang)
SEJARAH MUSEUM PRABU GEUSAN ULUN.
Awal berdirinya Museum Prabu Geusan Ulun, diawali berdirinya “Yayasan Pangeran Aria Soeria Atmadja (YAPASA)”, yayasan yang mengurus, memelihara dan mengelola barang – barang wakaf Pangeran Aria Soeria Atmadja Bupati Sumedang 1882 – 1919. Untuk melestarikan benda – benda wakaf tersebut YAPASA merencanakan untuk mendirikan Museum. Pada tahun 1973 YAPASA berubah nama menjadi Yayasan Pangeran Sumedang (YPS) dan didirikan sebuah Museum yang bernama Museum Yayasan Pangeran Sumedang yang pada mulanya dibuka hanya untuk di lingkungan para wargi keturunan dan seketurunan Leluhur Pangeran Sumedang.
Pada tanggal 7 – 13 Maret 1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang dihadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan yang baik itu Sesepuh YPS dan Sesepuh Wargi Sumedang mengusulkan untuk mengganti nama Museum YPS. Dan salah satu hasil dari Seminar Sejarah Jawa Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama Museum YPS, diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja pertama dan terakhir Kerajaan Sumedanglarang yang bernama “Prabu Geusan Ulun”. Maka pada tanggal 13 Maret 1974 Museum YPS diberi nama menjadi Museum “Prabu Geusan Ulun” –YPS.
Gedung pertama yang dipakai sebagai Museum adalah Gedung Gendeng
Pada tanggal 7 – 13 Maret 1974 di Sumedang diadakan Seminar Sejarah Jawa Barat yang dihadiri oleh para ahli-ahli sejarah Jawa Barat. Pada kesempatan yang baik itu Sesepuh YPS dan Sesepuh Wargi Sumedang mengusulkan untuk memberi nama Museum YPS yang disampaikan pada forum Seminar Sejarah Jawa Barat. Dan salah satu hasil dari Seminar Sejarah Jawa Barat tersebut dapat diputuskan dan ditetapkan untuk memberi nama Museum YPS, diambil dari nama seorang tokoh yang karismatik yaitu Raja pertama dan terakhir Kerajaan Sumedanglarang yang bernama “Prabu Geusan Ulun”. Maka pada tanggal 13 Maret 1974 Museum YPS diberi nama menjadi Museum “Prabu Geusan Ulun”

Resep Gulai Kepala Kakap

Suka masakan Padang? Terutama Gulai kepala kakap? yuk kita coba masak sendiri. Berikut adalah resepnya

Bahan
500 gram kepala ikan kakap merah
3 sdm minyak untuk menumis

Haluskan
10 buah cabai merah keriting
10 butir bawang merah
6 siung bawang putih
1 sdt ketumbar, sangrai
4 cm kunyit
4 cm jahe
4 cm lengkuas
1 sdm garam
1 sdt gula pasir


3 lembar daun salam
1 lembar daun kunyit, buat simpul
6 lembar daun jeruk
3 buah asam kandis
2 batang serai, memarkan
1 liter santan cair
200 ml santan kental

Cara membuat

bersihkan kepala ikan kakap. Buang insangnya. Tumis bumbu halus bersama bumbu lainnya sampai harum dan matang. Masukkan kepala ikan kakap, aduk sampai kepala ikan berubah warna.
tuang setengah bagian santan cair, kecilkan apinya dan tutup wajannya. Masak selam 15 menit. Masukkan sisa santan cair, masak sampai ikan matang.
tambahkan santan kental, aduk sampai mendidih, angkat.

Selamat mencoba!

Rabu, 08 Mei 2013

Resep Es Cendol Tepung Beras

Minuman yang satu ini sudah dikenal di kalangan masyarakat luas baik kalangan atas maupun bawah, di desa maupun di kota. Ya, es cendol tepung beras memang sangat enak rasanya. berikut ini adalah resep minuman tersebut;


BAHAN / RESEP ES CENDOL TEPUNG BERAS

125 gr tepung beras
50 gr tepung sagu
75 ml air daun suji
450 ml air
2 sdm air kapur sirih

BAHAN PELENGKAP :

200 gr gula merah, sirih
100 ml air
500 ml santan rebus
6 buah mata nangka , buang biji nya, potong kecil

CARA MEMBUAT ES CENDOL TEPUNG BERAS

1 aduk tepung dengan sebagian air.
2 rebus sisa air bersama air kapur siraih, air daun suji dan garam rebus hinga mendidih. tuangkan larutan tepung, aduk hingga kental angkat.
3 siap kan ayakan dawet, taruh diatas baskom terisi air es. tuang adonan panas kedalam cetakan, tekan tekan hinga menjadi butiran panjang. tiriskan.
4 rebus gula dan air hingga gula larut. angkat, saring dan dinginkan.
5 PENYAJIAN: taruh sirup gula dalam gelas-gelas saji, beri cendol, nangka, dan santan. tabahkan es batu. sajikan.

Selasa, 07 Mei 2013

Resep Kue Lapis Sagu


  • Resep Bahan Lapis Sagu :
  • 250 gram tepung sagu/kanji
  • 100 gram tepung beras
  • 1/2 sendok teh garam
  • 250 gram gula pasir
  • 1/2 sendok teh vanili
  • 800 ml santan dari 2 butir kelapa, ambil 200 ml santan, didihkan
  • pewarna menurut selera
Cara Membuat Lapis Sagu :
  1. Cairkan 50 gram tepung sagu dengan 50 ml santan dingin. Tuangkan 200 ml santan mendidih dan gula sambil diaduk rata, dinginkan. Campur 200 gram tepung sagu, tepung beras, vanili dan garam, tuangkan ke dalam adonan sagu sambil diuleni dan ditambah sisa santan sedikit demi sedikit hingga menjadi adonan yang licin. Bagi adonan sesuai jumlah warna yang diinginkan.
  2. Masukkan loyang 20 x 20 cm yang dioles minyak goreng dalam panci kukus, yang airnya sedang mendidih-api sedang. Dengan sendok sayur, aduk dan tuang warna pertama, kukus 5 menit hingga mengeras. Tuang adonan warna berikutnya, lakukan dengan cara sama sampai adonan habis.. Kukus seluruhnya hingga matang kurang lebih 30 menit. Potong setelah dingin dengan pisau berlapis daun pisang/plastik.
Selamat mencoba Resep Lapis Sagu

Kamis, 07 Maret 2013

Resep Buntil Bayam


Buntil daun pepaya atau daun singkong mungkin sudah tidak asing lagi. Saatnya mencoba resep buntil daun bayam


Bahan :
  • Kelapa parut 75 g
  • Bawang merah 2 buah
  • Bawang putih 1 siung Garam 1/2 sdt
  • telur 1 butir
  • daun bayam 100 g
  • Telur puyuh rebus 5 butir
  • Daun pisang secukupnya
Cara membuat :
  1. Haluskan semua bumbu, kemudian campurkan dengan kelapa dan kuning telur
  2. Atur daun bayam diatas daun pisang, lalu beri putih telur yang sudah dikocok diatasnya. Demikian seterusnya sampai daun bayam terolesi putih telur
  3. beri adonan kelapa diatasnya
  4. Tambahkan telur puyuh di salah satu ujungnya, lalu gulung
  5. Bungkus dengan daun pisang
  6. Kukus sampai matang sekitar 20 menit
  7. Angkat dan potong-potong setebal 5 cm
  8. Sajikan